Selasa, 19 April 2011

 Malang: Wabah ulat bulu yang menyerang perkebunan mangga di Probolinggo dan meluas ke daerah sekitarnya merupakan akibat semakin berkurang populasi predator burung liar pemakan ulat. “Populasi predator pemakan ulat seperti Burung Prenjak, Jalak dan Cinenen berkurang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari populasi sebelumnya,” kata Chairman ProFauna Indonesia Rosek Nursahid di Malang, Jawa Timur, Rabu (6/4).
Dikatakan Rosek, perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran sebagai komoditas perdagangan menjadikan populasi burung liar pemakan ulat menurun drastis. “Ulat-ulat tersebut bisa berkembangbiak dengan leluasa, karena musuh utamanya sudah tidak ada,” tegasnya.

Di wilayah Malang, terutama di Kecamatan Pujon dan kawasan Malang selatan, kata Rosek, populasi predator berupa burung liar pemakan ulat (serangga) tersebut juga sudah hampir hampir punah. Menurutnya, jika proses perburuan burung pemakan serangga ini dilakukan secara besar-besaran dan terus menerus akan memicu terjadinya bencana ekologi.
“Akibatnya, akan terjadi ledakan populasi kupu-kupu dan ulat di luar kendali,” tegas Rosek. “Oleh karena itu, kalau warga di wilayah Malang Raya ini tidak ingin terjadi wabah ulat di daerahnya, maka masyarakat harus menghentikan berburu burung pemakan serangga tersebut. Biarkan burung-burung tersebut hidup di alam bebas agar rantai ekosistem tetap berjalan normal.”
Sebelumnya, Kepala Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Totok Himawan mengimbau, agar masyarakat khususnya petani di wilayah Malang Raya dan sekitarnya tidak perlu khawatir akan serangan ulat bulu. Sejauh ini, ulat bulu hanya menyerang tanaman mangga saja dan tidak akan menyerang tanaman lain, seperti padi, sayur, bunga, dan berbagai jenis buah lainnya.
Apalagi, lanjut Totok, sekarang juga sudah dilakukan penyemprotan insektisida atau sejenis cairan lamda sihalotrim sampai beberapa kali, sehingga kondisinya sudah jauh berkurang.”Petani tidak perlu khawatir, karena kemungkinan meluas hingga ke wilayah Malang dan sekitarnya itu sangat kecil,” tegasnya.
Hujan yang terus menerus mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni sejenis predator bernama braconid dan apanteles tidak mampu bertahan hidup. Sehingga, musuh alami itu tidak bisa mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak dan berkembangbiak dengan cepat. Bahkan menyebar ke lingkungan penduduk.
Kepala Dinas Pertanian Kota Malang Ninik Suryantini mengimbau, agar masyarakat, terutama petani, lebih waspada. “Untuk wilayah Kota Malang yang rentan terhadap perkembangbiakan ulat bulu adalah Kecamatan Lowokwaru, Kedungkandang, dan Sukun,” katanya menambahkan.

0 komentar:

Posting Komentar